Kadar Abu (Ash)
Praktikum
Proksimat
PENENTUAN
KADAR ABU (ASH)
Tujuan Penetapan : Untuk
menentukan kadar abu yang terkandung
dalam sampel.
Dasar
Prinsip : Dengan menggunakan pengoksidasi semua
zat
organik pada suhu tinggi yaitu sekitar
500 – 600
derajat celcius dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal setelah
proses
pembakaran tersebut.
Reaksi : -
Landasan
Teori :
Abu adalah
zat anorganik sisa pembakaran dari senyawa organic ( Sudarmadji, 1989). Dalam
bahan pangan, selain abu terdapat pula komponen lain yaitu mineral. Kadar abu
dalam bahan pangan sangat mempengaruhi sifat dari bahan pangan. Kadar abu
merupakan ukuran dari jumlah total mineral yang terdapat dalam bahan pangan. Bahan
pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya merupakan
unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu.
Pengabuan merupakan suatu proses pemanasan bahan dengan
suhu sangat tinggi selama beberapa waktu sehingga bahan akan habis terbakar dan
hanya tersisa zat anorganik berwarna putih keabu-abuan yang disebut abu.
Kandungan abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan dan cara pengabuan
yang digunakan. Kandungan abu
dari suatu bahan menunjukkan kadar mineral dalam bahan tersebut. (Muchtadi ,1989)
Penentuan
kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk
menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang
digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Untuk
melakukan analisis kadar abu suatu bahan pangan dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu metode kering dan metode basah.
Metode
pengabuan dipilih berdasarkan pada:
1 Tujuan
analisis
2 Jenis
makanan yang dianalisis.
3 Peralatan
yang tersedia
A. Pengabuan kering
Kelemahan menggunakan metode pengabuan kering
diantaranya adalah:
1.
Memerlukan waktu lama.
2.
Biaya listrik yang lebih tinggi untuk memanaskan
tanur.
3.
Kehilangan mineral yang dapat menguap pada suhu
tinggi.
Sedangkan
keuntungan dari metode pengabuan kering adalah sebagai berikut:
1.
Aman.
2.
Hanya membutuhkan reagen dalam jumlah sedikit.
3.
Beberapa sampel dapat dianalisis secara bersamaan.
4.
Tidak memerlukan tenaga kerja yang intensif.
5.
Abu yang dihasilkan dapat dianalisis untuk penentuan
kadar mineral.
Prinsip dari
pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu
tinggi, yaitu sekitar 500 – 600 oC dan kemudian melakukan
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji,
1996).
Pengabuan
dilakukan melalui 2 tahap yaitu :
· Pemanasan pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi kandungan bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis.
· Pemanasan pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi kandungan bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis.
·
Pemanasan pada suhu 800oC yang dilakukan
agar perubahan suhu pada bahan maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar
tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada perubahan suhu yang
tiba-tiba.
Pengabuan ini menggunakan panas
tinggi dan adanya oksigen. Biasanya digunakan dalam analisis kadar abu . Metode
pengabuan cara kering banyak dilakuakan untuk analisis kadar abu. Caranya
adalah dengan mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu tinggi di dalam
suatu tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala api sampai terbentuk abu
berwarna putih keabuan dan berat tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang
terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator. Oksidasi komponen organik
dilakukan pada suhu tinggi 500-6000C. Residu yang
tertinggal ditimbang dan merupakan total abu dari suatu contoh. (Fauzi,
2006)
Sampel yang digunakan pada metode
pengabuan kering ditempatkan dalam suatu cawan pengabuan yang dipilih
berdasarkan sifat bahan yang akan dianalisis serta jenis analisis lanjutan yang
akan dilakukan terhadap abu. Jenis-jenis bahan yang digunakan untuk pembuatan
cawan antara lain adalah kuarsa, vycor, porselen, besi, nikel,
platina, dan campuran emas-platina. Cawan porselen paling umum digunakan untuk
pengabuan karena beratnya relatif konstan setelah pemanasan berulang-ulang dan
harganya yang murah. Meskipun demikian cawan porselen mudah retak, bahkan pecah
jika dipanaskan pada suhu tinggi dengan tiba-tiba.
Sebelum diabukan, sampel-sampel
basah dan cairan biasanya dikeringkan lebih dahulu di dalam oven pengering.
Pengeringan ini dapat pula dilakukan menentukan kadar air sampel. Pra-pengabuan
dilakukan di atas api terbuka, terutama untuk sampel-sampel yang seluruh sampel
mengering dan tidak mengasap lagi. Setelah perlakuan ini, baru sampel
dimasukkan ke dalam tanur (furnace). Apabila pengabuan yang
berkepanjangan tidak dapat menghasilkan abu bebas karbon (carbon free ash),
residu harus dibasahi lagi dengan air, dikeringkan dan kemudian diabukan sampai
didapat abu berwarna putih ini, residu dapat pula diperlakukan dengan
hidrogen peroksida, asam nitrat dan atau asam sulfat, tetapi perlu
diingat bahwa perlakukan ini akan mengubah bentuk mineral yang ada di dalam
abu.(Fauzi, 2006) Jika
diperlukan, dapat pula residu yang belum bebas karbon dilarutkan dalam sejumlah
kecil air dan kemudian disaring dengan kertas saring berkadar abu rendah. Kedua
bagian ini kemudian diabukan kembali secara terpisah
B. Pengabuan basah
Pengabuan basah memberikan beberapa keuntungan, yaitu:
1.
Suhu yang digunakan tidak dapat melebihi titik didih
larutan
2.
Pada umumnya karbon lebih cepat hancur daripada menggunakan
cara pengabuan kering.
Cara pengabuan basah pada prinsipnya adalah penggunaan
asam nitrat untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud
menghindari kehilangan mineral akibat penguapan (Apriantono, 1989). Prinsip
dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia tertentu
kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan
adalah gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan
pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alkohol membentuk
kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan dapat
mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat membuat
permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar
porositas, sehingga mempercepat proses pengabuan. (Sudarmadji, 1996).
Pengabuan
ini menggunakan oksidator-oksidator kuat (asam kuat). Biasanya digunakan untuk
penentuan individu komponen mineral. Pengabuan merupakan tahapan persiapan
contoh.Pengabuan cara basah ini dilakukan dengan mendestruksi komponen-komponen
organik (C, H, dan O) bahan dengan oksidator seperti asam kuat. Pengabuan cara
ini dilakukan untuk menentukan elemen-elemen mineral. Cara ini lebih baik dari
cara kering karena pengabuan cara kering lama dan terjadi kehilangan mineral
karena suhu tinggi. (Fauzi, 2006)
Prinsip
pengabuan cara basah adalah memberi reagen kimia (asam kuat) pada bahan sebelum
pengabuan. Bahan tersebut dapat berupa:
a.
Asam
sulfat yang berfungsi sebagai bahan pengoksidasi kuat yang dapat mempercepat
reaksi oksidasi.
b.
Campuran
asam sulfat & potasium sulfat. K2SO4 menaikkan titik
didih H2SO4 menyebabkan suhu pengabuan tinggi sehingga
pengabuan berlangsung cepat.
c.
Campuran
asam sulfat & asam nitrat .Campuran ini banyak digunakan selain itu capuran
ini merupakan oksidator kuat. Memiliki suhu difesti dibawah 3500C.
d.
Campuran
asam perklorat & asam nitrat untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi
campuran ini baik untuk digunakan karena pengabuan sangat cepat ± 10 menit.
Perklorat bersifat mudah meledak. ( Sudarmadji , 2003)
Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan kadar abu dengan metode pengabuan
kering. Sedangkan sampel yang akan digunakan adalah pakan ternak. Metode
pengabuan kering adalah metode pengabuan dengan menggunakan tanur ( 500 0C
– 600 0C) selama ± 3 jam. Pada metode pengabuan kering, air dan
bahan volatile lain diuapkan kemudian zat- zat organik dibakar hingga
menghasilkan CO2, H2O dan N2.
Daftar Pustaka :
v http://heniprahesti.blogspot.com/2014/08/analisis-kadar-abu.html
v http://chemistryofdrizzle.blogspot.com/2012/09/penentuan-kadar-abu.html
v http://selembarharapanku.blogspot.com/2014/03/analisa-kadar-abu-pada-bahan-pangan.html
Komentar
Posting Komentar