Kadar Air
Praktikum
Proksimat
PENENTUAN
KADAR AIR
Tujuan Penetapan : Untuk menentukan kadar air yang terkandung dalam
sampel
Dasar
Prinsip : Penetapan ini relatif sederhana
dimana sampel yang
telah ditimbang atau diketahui bobotnya
dipanaskan
dalam suatu pengering listrik pada suhu
100°C –
105°C hingga diperoleh data yang tetap.
Selisih
bobot awal sampel dengan bobot tetap
yang telah
diperoleh setelah pengeringan adalah
bobot air yang
telah menguap.
Reaksi : -
Landasan
Teori :
Kadar air adalah sejumlah air yang terkandung
di dalam suatu benda, seperti tanah
(yang disebut juga kelembaban tanah),
bebatuan, bahan pertanian, dan sebagainya. Kadar air digunakan secara luas
dalam bidang ilmiah dan teknik dan diekspresikan dalam rasio, dari 0 (kering
total) hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air. Nilainya bisa
secara volumetrik ataupun gravimetrik (massa), basis basah maupun basis kering.
Kadar air merupakan persentase
kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet
basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat
basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air
berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Anonim, 2010).
Air
adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O :
satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yangterikat
secara kovalen pada satu atom oksigen . Air bersifat
tidak berwarna , tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar)
and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan
suatupelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya,
seperti garam-garam ,gula , asam , beberapa
jenis gas dan banyak macam molekul organik .
Molekul
air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik .
Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua elektron , tereduksi menjadi gas H2dan
ion hidrokida (OH–). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain
terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta
mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan
OH– mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa
molekul air.
Air
adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang
bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut
sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah
tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat
“hidrofobik” (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat
tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya
intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak
mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat
tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air.
Air
menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki
sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan
elektron yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial
positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen
bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen—yang berarti, ia (atom
oksigen) memiliki lebih “kekuatan tarik” pada elektron-elektron yang dimiliki
bersama dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga
berarti menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah
di sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di
sekitar kedua atom hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi
disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.
Air
memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat
kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air
ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan
(non-soluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas
sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus air dapat
membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara
gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar
molekul air.
Bentuk dan Tipe Air dalam Suatu Bahan
Air yang terdapat dalam suatu bahan
sesuai dengan yang ada pada Anonim (2010) terdapat dalam tiga bentuk:
1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel
dan intergranular dan pori-pori yang terdapat pada bahan.
2. Air yang terikat secara lemah karena terserap
(teradsorbsi) pada permukaan koloid makromolekulaer seperti protein, pektin
pati, sellulosa. Selain itu air juga terdispersi di antara kolloid tersebut dan
merupakan pelarut zat-zat yang ada di dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini
masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses
pembekuan.
3. Air yang
dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya
berifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak
membeku meskipun pada suhu 00 C.
Kandungan
air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu
sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi
dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri.
Menurut derajat keterikatan air dalam bahan makanan atau bound water dibagi
menjadi 4 tipe, antara lain :
- Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
- Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni.
- Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe inisering disebut dengan air bebas.
- Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni, dengan sifat-sifat air biasa.
Kadar Air Dalam Bahan Makanan
Kadar
air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan
mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan
ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat
menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat dibuat
hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif.
Aktivitas
air dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Aw
= ERH/100
Aw
= aktivitas air
ERH
= kelembaban relatif seimbang
Bila
diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif
pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan
aktivitas air. Kurva ini sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL).
Setiap bahan mempunyai ISL yang berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva
tersebut dapat diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu memberikan Aw
yang sama tergantung macam bahannya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu
memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin
bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mebgikat air sehingga air bebas
relatif menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang
rendah.
Penentuan Kadar Air Dalam Bahan Makanan
Kadar
air dalam makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara:
1. Metode Pengeringan
(Thermogravimetri)
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam
bahan dengan jlaan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan
berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah.
Kelemahannya antara lain:
§ Bahan lain di samping air juga ikut
menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam asetat,
minyak atsiri, dan lain-lain.
§ Dapat terjadi reaksi selama
pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain. Contoh gula
mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan
sebagainya.
§ Bahan yang mengandung bahan yang
dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah
dipanaskan.
2. Metode Destilasi (Thermovolumetri)
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah
menguapkan air demgan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih
tinggi daripada air dan tidak dapat campur dengan air serta mempunyai berat
jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain:
toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen dan xylol.
Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia
sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diperkirakan mengandung air sebanyak 2-5
ml, kemudain dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut
diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih
besar daripadazat kimia tersebut maka air akan berada dibagian bawah pada
tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya
air dapat diketahui langsung. Alat yang dipakai sebagai penampung ini antara
lain tabung Strak-Dean dan Sterling-Bidwell atau modifikasinya.
3. Metode Khemis
ü Cara Titrasi Karl Ficher
ü Cara Kalsium Karbid
ü Cara Asetil Klorida
ü Metode Fisis
Ada
beberapa cara penentuan kadar air cara fisis antara lain:
- Berdasarkan tetapan dielektrikum
- Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistansi
- Berdasarkan resonansi nuklir magnetic
- Metode khusus misalnya dengan kromatografi, Nuclear Magnetic-Resonance
5.
Kadar air merupakan pemegang peranan penting, kecuali
temperatur maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri dalam proses
pembusukan dan ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya merupakan
proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi antara ketiganya.
Berlangsungnya ketiga proses tersebut memerlukan air dimana air bebas yang
dapat membantu berlangsungnya proses tersebut (Anonim, 2010).
6.
Kadar air bahan
menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini
terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan
bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis).
Dalam penentuan kadar air bahan pangan biasanya dilakukan berdasarkan obot
basah. Dalam perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut: KA = (Wa / Wb) x
100% (Taib, 1988).
7.
Teknologi
pengawetan bahan pangan pada dasarnya adalah berada dalam dua alternatif yaitu
yang pertama menghambat enzim-enzim dan aktivitas/pertumbuhan mikroba dengan
menurunkan suhunya hingga dibawah titik beku 0oC dan yang kedua
adalah menurunkan kandungan air bahan pangan sehingga kurang/tidak memberi
kesempatan untuk tumbuhnya mikroba dengan pengeringan kandungan air yang ada di
dalam maupun di permukaan bahan pangan, hingga mencapai kondisi tertentu
(Suharto, 1991).
8.
Berdasarkan
kadar air (bobot basah dan bobot kering) dan bahan basah maupun bahan setelah
dikeringkan, dapat ditentukan rasio pengeringan (drying ratio) dari
bahan yang dikeringkan tersebut. Besarnya “drying ratio“ dapat dihitung
sebagai bobot bahan sebelum pengeringan per bobot bahan setelah pengeringan.
Dapat dihitung dengan rumus: drying ratio=bobot bahan sebelum
pengeringan/bobot bahan setelah pengeringan (Winarno, 1984).
Daftar Pustaka :
v https://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-pangan/laporan-penentuan-kadar-air/
v https://id.wikipedia.org/wiki/Kadar_air
v http://muspirahdjalal.blogspot.com/2011/11/kadar-air.html
Komentar
Posting Komentar